Penyatuan Kurikulum Universitas Islam se-Dunia Terus Digagas
TEMPO Interaktif, PONOROGO - Pimpinan universitas Islam dari 12 negara, Minggu (9/1), mengikuti Konferensi Internasional Universitas Islam ke-2 di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Mereka yang tergabung dalam Liga Universitas Islam, membahas berbagai pemikiran termasuk merumuskan penyatuan kurikulum dan meningkatkan jaringan antar universitas Islam se-dunia.
Konferensi digelar selama tiga hari sejak hari ini hingga Selasa (11/1). Pimpinan universitas Islam yang hadir di antaranya dari Mesir, Arab Saudi, Syiria, Libya, Yaman, Pakistan, India, Malaysia. Panitia juga mengundang pimpinan universitas Islam dan negeri yang ada di Indonesia.
"Penyatuan kurikulum antar universitas Islam bermanfaat agar mahasiswa dari Indonesia bisa melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas Islam di negara-negara Arab," kata Ketua Panitia Konferensi Hamid Fahmy Zarkasyi, yang juga Pembantu Rektor dan Direktur Program Pasca Sarjana ISID Darussalam, Gontor, saat jumpa pers hari ini.
Hamid menambahkan bahwa salah satu kendala selama ini adalah mahasiswa Indonesia tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena perbedaan kurikulum yang dianut masing-masing universitas Islam di berbagai negara. "Lulusan S-1 dari Indonesia tidak bisa langsung melanujutkan studinya ke S-2 di universitas di Arab, tapi harus menempuh S-1 lagi di sana," paparnya.
Selain merumuskan penyatuan kurikulum, melalui konferensi ini diharapkan dapat meningkatkan jaringan antar universitas Islam se-dunia. "Dengan sering ketemu diharapkan bisa saling menyamakan persepsi," ujarnya.
Hamid menuturkan dalam konferensi ini juga diharapkan bisa melahirkan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antar universitas Islam. "Kami juga sudah menyediakan draft MoU jika ada universitas yang mau bekerjasama," ucapnya.
Selama ini menurut Hamid, ada beberapa kendala dalam menyatukan kurikulum. "Dasar kompetensinya sama. Namun untuk menyatukan perlu SDM dosen yang memadai, sumber literatur, dan intensitas pertemuan untuk menyamakan persepsi," katanya.
Konferensi ini dibuka Direktur Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Supriadi Rustad. Menteri Pendidikan Nasional Muhamad Nuh batal hadir, sedangkan Menteri Agama Suryadarma Ali dijadwalkan hadir saat penutupan konferensi.
sumber : tempointeraktif.com